Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

5 Fakta Ilmiah Mengejutkan Tentang Perubahan Iklim Bumi

image-gnews
Seekor beruang kutub terlihat di tempat sampah di kawasan industri di kota Norilsk, Rusia, 17 Juni 2019. Perubahan iklim merusak habitat beruang kutub dan memaksa mereka mencari makanan ke permukiman di kota. REUTERS/Irina Yarinskaya/Zapolyarnaya Pravda
Seekor beruang kutub terlihat di tempat sampah di kawasan industri di kota Norilsk, Rusia, 17 Juni 2019. Perubahan iklim merusak habitat beruang kutub dan memaksa mereka mencari makanan ke permukiman di kota. REUTERS/Irina Yarinskaya/Zapolyarnaya Pravda
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 10-11 Agustus 2019, beberapa berita online meminta orang untuk berhenti mengonsumsi daging. Seruan itu muncul setelah laporan PBB baru-baru ini yang merekomendasikan hal itu untuk memerangi perubahan iklim, demikian dilaporkan laman  Fee, baru-baru ini.

Kabar tersebut mengejutkan banyak orang, tapi ada fakta lain yang lebih mengejutkan tentang perubahan iklim yang jarang dipublikasikan di media berita kita sehari-hari. Berikut beberapa fakta, yang diakui secara ilmiah dan diterbitkan dalam jurnal:

1. Iklim selalu berubah

Semua data suhu proksi mengungkapkan bahwa ada perubahan siklus dalam iklim 10.000 tahun terakhir. Tidak ada satu pun ilmuwan iklim yang menyangkal fakta ini. Apapun posisi masyarakat di dunia, bahaya atau tidaknya perubahan iklim saat ini, semuanya ikut terlibat dalam masalah ini.

Iklim selalu berubah. Dan itu telah berubah di kedua arah, panas dan dingin. Hingga setidaknya abad ke-17, semua perubahan terjadi ketika banyak manusia tidak lagi menjadi pemburu, pengumpul, dan petani.

2. Peningkatan suhu masa lalu bukan karena manusia

Industrialisasi tidak terjadi sampai abad ke-17. Karena itu, tidak ada perubahan sebelumnya dalam iklim yang didorong oleh emisi karbon dioksida manusia. Dalam 2.000 tahun terakhir saja, suhu global naik setidaknya dua kali (sekitar abad ke-1 dan ke-10 ) ke tingkat yang sangat mirip dengan zaman sekarang, dan tak satu pun dari periode hangat itu disebabkan oleh manusia.

3. Arktik dan Antartika lebih baik dari sebelumnya

Catatan paleoklimatologi pada masa Holocene 10.000 tahun lalu, mengungkapkan bahwa Arktik dan Antartika berada di beberapa negara bagian yang paling sehat. Satu-satunya periode yang lebih baik untuk kutub adalah abad ke-17, selama Zaman Es Kecil, ketika tingkat massa es lebih tinggi dari hari ini.

Untuk sebagian besar dari 10.000 tahun terakhir, tingkat massa es lebih rendah daripada hari ini. Meskipun mengalami kerugian besar dalam beberapa dekade terakhir, tingkat massa es berada di dekat atau tertinggi dalam sejarah mereka.

4. Beruang kutub dan spesies lain tidak terancam

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika memperhatikan fakta sebelumnya, maka yang berikut ini tidak sulit untuk dipahami. Beruang kutub, sering digunakan sebagai simbol kiamat iklim, adalah salah satu spesies kunci di Kutub Utara. Berlawanan dengan hype di sekitar ketakutan kepunahan mereka, jumlah populasi sebenarnya meningkat dalam dua dekade terakhir .

Tahun lalu, pemerintah Kanada mempertimbangkan untuk meningkatkan kuota perburuan karena jumlah binatang ini meningkat hingga menjadi ancaman bagi komunitas Inuit yang tinggal di daerah Nunavut.

5. Karbon dioksida bukan kontrol suhu

Sebagian besar ahli iklim saat ini yang bekerja sama dengan PBB percaya emisi karbon dioksida atau CO2 antropogenik telah memperburuk pemanasan alam dalam beberapa dekade terakhir. Namun, tidak ada bukti empiris untuk mendukung klaim mereka.

Satu-satunya cara untuk mengujinya adalah menunggu dan melihat apakah asumsi ini menjadi kenyataan. Seluruhnya terkejut ketika suhu global antara 2000 dan 2016 yidak meningkat seperti yang diperkirakan oleh para pengamat iklim.

Para ilmuwan berasumsi bahwa peningkatan emisi CO2 dari aktivitas manusia akan menghasilkan kenaikan suhu yang cepat, tapi ternyata tidak. Ini membuktikan bahwa konsentrasi CO2 di atmosfer bukanlah faktor utama yang mengendalikan suhu global.

Pertimbangan periode yang jauh lebih lama (10.000 tahun atau lebih) menunjukkan bahwa CO2 tidak memiliki peran signifikan dalam peningkatan suhu. CO2 juga tidak pernah menjadi tombol pengatur suhu.

Berita lain terkait perubahan iklim, bisa Anda simak di Tempo.co

FREE.ORG 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

2 hari lalu

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat thermometer pengukur suhu udara di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan
Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

4 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan asap dan abu erupsi Gunung Ruang dilihat dari desa Tagulandang, Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.


Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

5 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

13 hari lalu

Ilustrasi Selamatkan Dunia dari Sampah Plastik. shutterstock.com
8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

13 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

16 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

17 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

17 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab